24/02/10

Belajar Sampai Ke Negeri China: Sebuah Analisis Deiksis (2) (Refleksi Perayaan Tahun Baru Imlek)

Ungkapan ‘Negeri China" dalam ungkapan diatas menunjukkan disatu sisi sebagai ungkapan penekanan bahwa seberapa penting sebuah pembelajaran, belajar itu tidak mengenal tempat, dimana saja asal ilmu yang idapatkan dalam proses pembelajaran bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Dilain pihak, ada "implikatur" dalam ungkapan tersebut yaitu belajar ‘diluar’ dengan latar belakang agama dan tradisi yang berbeda bukan untuk mengikuti agama dan tradisi didaerah tersebut, seperti seekor ikan yang hidup di laut, walaupun airnya asin, tetapi ikan tidak pernah asin. Begitu juga seorang pembelajar yang belajar di negeri non-muslim.
Termasuk karunia Tuhan disamping nikmat persepsi dan berfikir, manusia dibekali pula dengan kesiapan alamiah untuk belajar serta memperoleh ilmu, pengetahuan, keterampilan dan keahlian. Belajar menjadikan manusia memiliki kemampuan lebih dalam untuk mengemban tanggung jawab hidup dan memakmurkan bumi. Selain itu, belajar juga memungkinkan manusia mengembangkan kemampuan dan keterampilannya dengan jamninan manusia dapat mencapai kesempurnaan insani yang luar biasa.
Manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan dari dua sumber utama: sumber ilahi dan sumber insaniah (Najati, 2005). Ilmu yang datang dari sumber ilahi adalah ilmu yang secara langsung datang kepada kita dari Allah SWT melalui wahyu, ilham atau mimpi yang benar. Adapun ilmu yang datang dari sumber insaniah adalah ilmu yang dipelajari manusia dari pengalaman pengalaman pribadinya dalam kehidupan, kesungguhannya dalam eksplorasi, observasi, upaya mengatasi berbagai masalah yang menghadang dengan cara trial and error, atau melalui pengalaman praktis.
Pada suatu kesempatan, Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas Fasli Jalal pernah menyatakan niatnya untuk belajar tentang pendidikan untuk guru kepada China. Pernyataan itu diutarakannya setelah penutupan The Seventh E-9 Ministerial Review Meeting on Education for All di Bali (12/3) sebagaimana dilansir The Jakarta Post (13/3).
Niat pemerintah Indonesia untuk belajar dari China tentang pendidikan dan distribusi guru patut didukung. Meningkatkan kualitas guru berarti meningkatkan kualitas pendidikan. Menyediakan guru-guru berkualitas berarti mencerdaskan semua anak bangsa di mana pun mereka berada.
Saling belajar antar negara negara Asia sangat diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan saling pengertian khususnya dalam bidang pendidikan di Indonesia yang ternyata tertinggal kemajuannya dibandingkan beberapa negara Asia lainnya (Surya, 2003). Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan, Indonesia harus banyak belajar dari beberapa negara di Asia yang telah terbukti mampu meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan bangsanya melalui pendidikan, yaitu China.
Pembangunan China yang pesat beberapa dasawarsa terakhir ini merupakan hasil dari kebijakan pemusatan pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan. Sejalan dengan visi China ke depan, ratusan ribu para generasi muda dikirim ke luar negeri untuk menuntut ilmu dan mereka disiapkan untuk menjadi subjek subjek pembangunan China dimasa yang akan datang. Pendidikan mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional dengan menyediakan anggaran dan sarana yang memadai di seluruh negara. Guru merupakan kunci sentral dan mendapatkan tempat terhormat menurut alam budaya China. Hal itu diwujudkan dengan pengelolaan guru yang mencerminkan posisi itu seperti gaji yang lebih baik dibandingkan dengan pegawai lain, fasilitas yang diberikan oleh negara seperti perumahan dan jaminan jaminan lain.
(bersambung)

Amri Ikhsan
Guru MAN Muara Bulian. Kabupaten Batanghari

Sumber: http://jambiekspres.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar